Datang ke Sekolah Juga Perlu
SOLO - Usaha Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Solo mempermudah pemantauan masyarakat akan sistem Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Online 2009 masuk tahun ketiga. Namun, masih banyak yang tidak memanfaatkan sarana dengan biaya yang besar itu.
Hal itu terbukti sejumlah orang tua calon peserta PPDB yang tegas mengatakan malas memantau perkembangan informasi PPDB Online 2009 via internet. Rata-rata dari mereka memilih membaca langsung perkembangan data melalui pengumuman di papan tulis tiap sekolah, yang menjadi tujuan pendaftaran.
Paiman, 43, pengusaha mebel asal Sukoharjo, mengatakan malas mengakses informasi PPDB Online melalui internet. Padahal Nia, 15, anaknya, ingin mendaftar ke SMAN 5 Solo. Dia tidak bisa puas hanya sekadar mendengar informasi dari anaknya yang paham internet.
"Jujur saja saya buta internet. Lha kalau mengandalkan informasi dari anak saya, kan bisa repot. Makanya saya pilih langsung datang kesini saja, biar marem (puas)," ucapnya, seraya tetap mencatat semua persyaratan PPDB Online 2009 yang tertempel di papan tulis.
Hal senada juga diungkapkan Mardi dan Suksmono. Dua orang ayah calon peserta PPDB Online asal Solo ini pun mengatakan enggan mengikuti perkembangan data di internet. Kendati, situs www.ppdbsolo.net sudah sejak sepekan terakhir memuat data terbaru, seputar pendaftaran dan pernik-perniknya dengan lengkap.
Namun, Mardi menganggap melihat di internet selain bertele-tele juga terlalu susah dipahami. "Ya daripada salah pemahaman lebih baik datang langsung ke sekolah saja. Kalau ada yang tidak jelas, kan bisa langsung bertanya sama gurunya," jelas Mardi, diamini Suksmono.
Menanggapi permasalahan tersebut, Sutanto, kepala UPT Pusat Komputer (Puskom) Universitas Sebelas Maret Solo (UNS) mengatakan sebenarnya masih ada pemahaman yang salah di masyarakat, terkait definisi PPDB secara online.
UNS, sebagai penanggung jawab teknologi informasi (TI) PPDB Online 2009, mendefinisikan PPDB ini adalah proses penggabungan data antarsekolah yang ikut serta. "Jadi, bukan berarti harus lihat datanya lewat internet," imbuh Sutanto.
Dia juga berpendapat data di PPDB Online 2009 ini jangan dibuang. Sebab, bisa dijadikan barometer untuk menentukan peringkat sekolah, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. "Ke depannya itu bisa digunakan untuk mengetahui tolok ukur peringkat sekolah. Sebab, saat ini, rata-rata masyarakat masih memilih sekolah hanya berdasarkan penilaian kualitatif (kemasan sekolah). Bukan dari sisi kuantitatif (indeks prestasi berdasar nilai unas)," tegasnya.
Namun, Sapto Hermawan, koordinator TI PPDB Online 2009 tidak mengkhawatirkan rendahnya pemahaman masyarakat akan internet, terkait pemberian informasi seputar PPDB Online. "Saya sudah mengantisipasi hal itu dengan mengimbau sekolah peserta PPDB Online mengumumkan jurnal rentang nilai secara tertulis. Paling tidak tiga kali sehari. Jadi, masyarakat yang malas ke internet bisa turut memantau perkembangan data setiap saat."terangnya.
Selain itu, dalam lima hari terakhir pihaknya telah menerima rata-rata 1.200 pertanyaan per hari, melalui situs www.ppdbsolo.net. Yang ditanyakan seputar batas bawah nilai dan peringkat sekolah yang menjadi tujuan pendaftaran.
"Seringnya mereka bertanya, anaknya dengan nilai sekian, pantasnya diterima di sekolah mana. Lalu, sekolah ini masuk peringkat favorit berapa. Lha, bagaimana saya bisa menjawab. Selain bukan wewenang saya, PPDB online saja belum mulai. Lagipula, data tahun lalu bisa berubah di tahun ini, kan," ujar Sapto melepaskan tawanya.
Sementara itu Titik Purwanti, kepala SMA Warga, menyatakan kesiapan pihaknya melayani masyarakat yang enggan memantau PPDB Online melalui internet. Dia akan menyiapkan jurnal rentang nilai, berikut segala informasi yang dibutuhkan dalam PPDB Online 2009 ini dalam bentuk data cetak.
"Kami akan menampilkan perubahan jurnal, yang akan kami pasang di papan tulis di halaman depan. Dari pukul 08.00 sampai 13.00, kami akan menggantinya sebanyak 2 kali. Untuk sore harinya akan kami ganti dengan data terbaru, antara pukul 16.00-17.00," jelas Titik.
Senada dengannya, Edy Pudyanto, kepala SMAN 4 Solo menjamin masyarakat yang enggan lihat internet akan mendapatkan pelayanan maksimal di sekolahnya. Sebab, tahun ini SMAN 4 membuka 8 kelasnya untuk PPDB Online dan 3 kelasnya untuk emersi (bilingual).
Tak hanya dalam bentuk cetak, rentang nilai dan perubahan data akan ditayangkan melalui layar lebar, didukung LCD proyektor yang tersambung ke modem internet. "Kami juga sediakan operator, yang siap melayani segala pertanyaan masyarakat. Jadi. buat yang malas ke warnet, silahkan saja datang ke layanan PPDB Online 2009 di SMAN 4," kata Edy, setengah promosi.
Hal itu terbukti sejumlah orang tua calon peserta PPDB yang tegas mengatakan malas memantau perkembangan informasi PPDB Online 2009 via internet. Rata-rata dari mereka memilih membaca langsung perkembangan data melalui pengumuman di papan tulis tiap sekolah, yang menjadi tujuan pendaftaran.
Paiman, 43, pengusaha mebel asal Sukoharjo, mengatakan malas mengakses informasi PPDB Online melalui internet. Padahal Nia, 15, anaknya, ingin mendaftar ke SMAN 5 Solo. Dia tidak bisa puas hanya sekadar mendengar informasi dari anaknya yang paham internet.
"Jujur saja saya buta internet. Lha kalau mengandalkan informasi dari anak saya, kan bisa repot. Makanya saya pilih langsung datang kesini saja, biar marem (puas)," ucapnya, seraya tetap mencatat semua persyaratan PPDB Online 2009 yang tertempel di papan tulis.
Hal senada juga diungkapkan Mardi dan Suksmono. Dua orang ayah calon peserta PPDB Online asal Solo ini pun mengatakan enggan mengikuti perkembangan data di internet. Kendati, situs www.ppdbsolo.net sudah sejak sepekan terakhir memuat data terbaru, seputar pendaftaran dan pernik-perniknya dengan lengkap.
Namun, Mardi menganggap melihat di internet selain bertele-tele juga terlalu susah dipahami. "Ya daripada salah pemahaman lebih baik datang langsung ke sekolah saja. Kalau ada yang tidak jelas, kan bisa langsung bertanya sama gurunya," jelas Mardi, diamini Suksmono.
Menanggapi permasalahan tersebut, Sutanto, kepala UPT Pusat Komputer (Puskom) Universitas Sebelas Maret Solo (UNS) mengatakan sebenarnya masih ada pemahaman yang salah di masyarakat, terkait definisi PPDB secara online.
UNS, sebagai penanggung jawab teknologi informasi (TI) PPDB Online 2009, mendefinisikan PPDB ini adalah proses penggabungan data antarsekolah yang ikut serta. "Jadi, bukan berarti harus lihat datanya lewat internet," imbuh Sutanto.
Dia juga berpendapat data di PPDB Online 2009 ini jangan dibuang. Sebab, bisa dijadikan barometer untuk menentukan peringkat sekolah, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. "Ke depannya itu bisa digunakan untuk mengetahui tolok ukur peringkat sekolah. Sebab, saat ini, rata-rata masyarakat masih memilih sekolah hanya berdasarkan penilaian kualitatif (kemasan sekolah). Bukan dari sisi kuantitatif (indeks prestasi berdasar nilai unas)," tegasnya.
Namun, Sapto Hermawan, koordinator TI PPDB Online 2009 tidak mengkhawatirkan rendahnya pemahaman masyarakat akan internet, terkait pemberian informasi seputar PPDB Online. "Saya sudah mengantisipasi hal itu dengan mengimbau sekolah peserta PPDB Online mengumumkan jurnal rentang nilai secara tertulis. Paling tidak tiga kali sehari. Jadi, masyarakat yang malas ke internet bisa turut memantau perkembangan data setiap saat."terangnya.
Selain itu, dalam lima hari terakhir pihaknya telah menerima rata-rata 1.200 pertanyaan per hari, melalui situs www.ppdbsolo.net. Yang ditanyakan seputar batas bawah nilai dan peringkat sekolah yang menjadi tujuan pendaftaran.
"Seringnya mereka bertanya, anaknya dengan nilai sekian, pantasnya diterima di sekolah mana. Lalu, sekolah ini masuk peringkat favorit berapa. Lha, bagaimana saya bisa menjawab. Selain bukan wewenang saya, PPDB online saja belum mulai. Lagipula, data tahun lalu bisa berubah di tahun ini, kan," ujar Sapto melepaskan tawanya.
Sementara itu Titik Purwanti, kepala SMA Warga, menyatakan kesiapan pihaknya melayani masyarakat yang enggan memantau PPDB Online melalui internet. Dia akan menyiapkan jurnal rentang nilai, berikut segala informasi yang dibutuhkan dalam PPDB Online 2009 ini dalam bentuk data cetak.
"Kami akan menampilkan perubahan jurnal, yang akan kami pasang di papan tulis di halaman depan. Dari pukul 08.00 sampai 13.00, kami akan menggantinya sebanyak 2 kali. Untuk sore harinya akan kami ganti dengan data terbaru, antara pukul 16.00-17.00," jelas Titik.
Senada dengannya, Edy Pudyanto, kepala SMAN 4 Solo menjamin masyarakat yang enggan lihat internet akan mendapatkan pelayanan maksimal di sekolahnya. Sebab, tahun ini SMAN 4 membuka 8 kelasnya untuk PPDB Online dan 3 kelasnya untuk emersi (bilingual).
Tak hanya dalam bentuk cetak, rentang nilai dan perubahan data akan ditayangkan melalui layar lebar, didukung LCD proyektor yang tersambung ke modem internet. "Kami juga sediakan operator, yang siap melayani segala pertanyaan masyarakat. Jadi. buat yang malas ke warnet, silahkan saja datang ke layanan PPDB Online 2009 di SMAN 4," kata Edy, setengah promosi.
0 komentar:
Posting Komentar